Our July in the Rain
July yang indah.
Ditemani hujan yang anggun menapaki bumi,
kau datang dengan muka lusuh karena basah. Aku ingat saat pertama kali kita
bertemu, senyum hangatmu terlalu berkesan untukku. Haaahhh..indahnya saat itu.
Kau bertanya siapa namaku, namun bodohnya ku jawab “it’s not your business”.
Mengingat hal itu, aku tertawa kecil. Tawamu terlalu berbekas untukku sampai
aku menyerah dan berkata “Jane” dan kau membalas “Adam”.
Adam dan Jane, yes ! both of us. Melalui hari seakan dunia
milik berdua. Bersenandung sambil berjalan tak tentu arah. Bergandengan lalu
kau berkata “ i give you my love, then you give me your heart. Forever and
ever.” I hate to remember that but i love when you said that. Hujan menapaki
bumi lagi dan kau menciumku dengan hangat.
Adam, tiada hari tanpa aku memikirkanmu. Tiada hari tanpa
aku berdoa untukmu. Semoga kau selalu dalam lindungan – Nya. Namun, pada
tanggal 1 Desember adalah momen terburuk untukku dimana kau untuk pertama kali
dan terakhir mengingkari janjimu. Aku benci mengingat “forever and ever” dan
kau pergi meninggalkanku begitu saja. Ditemani dengan cerebral hemorrhagic, kau
pergi dengan sejuta kenangan dari July itu.
Aku ingin kembali pada musim hujan di july itu, dan aku
bersumpah untuk menghapus semua sakit yang kau derita. Karena “the love you are
to me”.
Tidak bisa aku menjelaskan betapa sesaknya dada ini. Melihat
kau terbaring dengan wajah memucat. Tidak ada lagi July yang indah bersamamu.
Tidak ada hujan yang mempertemukan kita kembali. Tidak ada lagi “forever and
ever”.
Comments
Post a Comment