[BPN 30 days challenge] Day 5 : Tentang Sosial Media
sumber gambar : Google
Assalamu'alaikum.
Bener kan sekarang udah hari kelima? Soalnya kemarin kan hari ke empat (duh minta diuyup ubun - ubunnya). Hmm, tema yang diangkat sekarang cukup menarik nih. Sosial Media.
Menurut beberapa pakar komunikasi, berikut adalah pengertiannya
- McGraw Hill Dictionary – Media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual
- Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012) – Media sosial adalah media yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, atau menjadi sosial secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain.
- B.K. Lewis (2010) – Media sosial adalah label bagi teknologi digital yang memungkinkan orang untuk berhubungan, berinteraksi, memproduksi, dan berbagi isi pesan.
Bisa disimpulkan dari pengertian beberapa pakar bahwa sosial media adalah wadah untuk berinteraksi, berbagi informasi dalam komunikasi yang tidak langsung.
Menurut saya, terciptanya sosial media untuk memberikan kemudahan dengan harapan berdampak positif bagi penggunanya, dan saya merasakan sekali dampaknya. Contoh: dapat menghubungi rekan kerabat yang sudah lama tidak bertemu atau hilang komunikasi serta mendapatkan informasi dengan cepat. Nah, kekurangannya adalah kevalidan dari masing - masing informasi tersebut harus diperhatikan. Kalau seandainya kita mudah mempercayai informasi yang didapat dan menyebar luaskan tanpa ada bukti yang kuat, sama saja kita menyebarkan berita bohong alias hoax.
sumber gambar : Google
Ini yang sedang gencar dilakukan banyak orang, baik dari personal hingga instansi pemerintahan. Karena, dampak hoax itu cukup membuat resah dan saya punya cerita terkait hoax.
Pada bulan Oktober 2018, alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk berangkat ke Palu untuk misi kemanusiaan. Pada hari Jumat, 12 Oktober 2018, tiba - tiba masyarakat banyak sekali datang ke Markas PMI Provinsi Sulawesi Tengah. Mereka datang dengan alasan ingin mendapatkan tenda dan pihak PMI memang tidak pernah menyediakan tenda selain makanan, logistik dan air bersih. Setelah dikonfirmasi lebih jauh, ternyata mereka mendapatkan info tersebut dari salah satu sosial media dan terdapat foto salah satu relawan sedang memasang tenda dan memakai rompi menyerupai relawan PMI. Dampak setelahnya adalah banyak masyarakat yang kecewa dan pulang dengan tangan kosong dan itu terus berlangsung sampai beberapa hari kedepan.
Kembali tentang sosial media, karena sosial media dioperasikan dengan ponsel pintar, seharusnya penggunanya harus lebih pintar. Iya apa iya? Tapi, kenyataannya masih banyak yang kepintarannya termakan oleh nafsu ingin eksis di sosial media atau bahasa zaman sekarang itu pansos alias panjat sosial. Apapun akan dilakukan, demi terkenal di sosial media. Kalau yang dilakukannya berdampak baik untuk banyak orang, saya yakin itu akan berdampak baik juga terhadap pelakunya. Kalau sebaliknya? Hmm, jempol netizen lebih kejam dari ibu tiri. Selain mendapat cibiran, tentu citra yang dibangun juga akan jelek dan akan seumur hidup tersemat kepadanya, kecuali pelakunya memberikan perubahan yang signifikan ya.
Jadi, di zaman yang sangat cepat perkembangan saat ini, proses filtering sangat diperlukan. Supaya informasi yang diberikan dan diterima tepat sasaran, netral dan rasional. Demi menjadi manusia yang bermanfaat, yuk jadikan sosial media wadah untuk menebar kebaikan.
Sekian dari saya. Semoga bisa terus berbagi.
Syukron. Hamdalah.
Comments
Post a Comment